
Pergerakan pemain Inter Milan, Nicolo Barella coba dihentikan dua pemain Urawa Reds, Matheus Savio dan Ryoma Watanabe. (c) AP Photo/Ryan Sun
Bola.net – Perjuangan Inter Milan di ajang Piala Dunia Antarklub menjadi cerminan dari semangat pantang menyerah mereka. Semangat inilah yang coba diungkapkan oleh salah satu pilar utama mereka, Nicolo Barella.
Gelandang andalan Timnas Italia itu baru-baru ini angkat bicara mengenai perjalanan timnya yang penuh lika-liku. Ia mengenang kembali musim lalu yang mengajarkan banyak pelajaran berharga.
Barella dengan jujur mengakui betapa menyakitkannya kekalahan di final Liga Champions. Ia juga mengungkapkan perasaannya saat harus berpisah dengan pelatih Simone Inzaghi.
Namun, di tengah semua kenangan pahit itu, terselip sebuah optimisme dan harapan baru. Lantas, bagaimana Barella memaknai semua itu dan menyambut era baru Inter di bawah asuhan Cristian Chivu?
Inter akan Belajar dari Musim yang Penuh Lika-liku
Gelandang Inter Milan, Nicolo Barella berebut bola dengan pemain Urawa Red Diamonds, Samuel Gustafson di Piala Dunia Antarklub 2025 Grup E, 22 Juni 2025. (c) AP Photo/Lindsey Wasson
Nicolo Barella menegaskan bahwa pelajaran terbesar yang ia dapat dari musim lalu adalah pentingnya untuk terus bersaing. Baginya, filosofi ini sangat mencerminkan perjalanan Nerazzurri.
Meskipun tidak berhasil memenangkan trofi apa pun, ia merasa musim lalu memberikan banyak pelajaran berharga. Ada sisi positif dan negatif yang membuat tim menjadi lebih kuat.
Kini, dengan semangat baru, ia dan rekan-rekannya bertekad untuk bangkit. Mereka ingin memberikan yang terbaik di setiap kesempatan yang ada.
“Frasa ‘Anda harus selalu bersaing’ adalah sesuatu yang saya setujui 100 persen. Itu sangat mencerminkan musim lalu,” ujar Barella kepada DAZN.
“Kami tidak berhasil memenangkan apa pun tetapi itu adalah tahun yang mengajarkan kami banyak hal, baik positif maupun negatif. Sekarang kami ingin bangkit kembali dan melakukan yang terbaik,” tegasnya.
Luka Final Liga Champions yang Tak Terlupakan
Lautaro Martinez dari Inter Milan berjalan kecewa usai final Champions League melawan PSG di Allianz Arena, Munich, Jerman, Sabtu, 31 Mei 2025 (c) AP Photo/Martin Meissner
Salah satu momen paling menyakitkan bagi Inter musim lalu adalah kekalahan di final Liga Champions. Ini adalah kegagalan kedua mereka di final dalam tiga tahun terakhir.
Kali ini, mereka harus mengakui keunggulan PSG dengan skor telak 0-5. Barella mengakui bahwa kekalahan tersebut meninggalkan luka yang mendalam.
Namun, ia juga melihatnya sebagai bagian dari perjalanan karier seorang pesepak bola. Menurutnya, kemampuan untuk bangkit kembali setelah terjatuh adalah yang terpenting.
“Itu akan tetap ada di benak kami, itu adalah kekalahan yang menjadi bagian dari perjalanan karier Anda. Itu adalah kekalahan telak yang menyakitkan tetapi dalam hidup, seperti dalam sepak bola, Anda harus tahu cara untuk bangkit kembali dan kami telah menunjukkan bahwa kami bisa melakukannya,” kata Barella.
“Kami kehilangan dua gelar liga dengan selisih satu poin dan kalah di dua final Liga Champions tetapi, di sela-sela itu, kami juga pernah menang. Kami tahu bahwa sepak bola penuh dengan pasang surut dan Anda harus selalu terus bekerja lebih keras untuk mencapai titik di mana Anda bisa bersaing memperebutkan trofi. Itulah pola pikirnya,” jelasnya.
Kepergian Inzaghi dan Rasa Terima Kasih
Simone Inzaghi gagal membawa Inter Milan juara Liga Champions musim 2024/2025 (c) AP Photo/Matthias Schrader
Setelah musim yang berat, Inter harus menghadapi satu lagi perubahan besar. Pelatih kepala mereka, Simone Inzaghi, memutuskan untuk mengakhiri kebersamaan setelah empat musim menukangi tim.
Barella menggambarkan berita kepergian Inzaghi sebagai sesuatu yang terasa aneh. Pasalnya, kebersamaan selama empat tahun telah menjadi sebuah kebiasaan yang sulit untuk dilupakan.
Meskipun ia sudah pernah mengalami pergantian pelatih di klub-klub sebelumnya, ia mengaku tidak akan pernah bisa terbiasa dengan hal itu. Namun, di atas semua itu, ada satu perasaan yang paling dominan di dalam dirinya.
Satu-satunya hal yang ia rasakan adalah keinginan untuk mengucapkan terima kasih. Ia sangat menghargai empat tahun yang fantastis dan penuh emosi bersama sang pelatih.
“Itu adalah berita yang aneh. Setelah empat tahun, kebersamaan telah menjadi sebuah kebiasaan,” ujar Barella.
“Di Cagliari saya mengalami banyak pergantian pelatih dan bahkan sedikit di Inter. Saya tahu cara kerjanya tetapi saya tidak bisa mengatakan saya sudah terbiasa,” lanjutnya.
“Satu-satunya hal yang saya rasakan adalah kebutuhan untuk berterima kasih kepada Inzaghi dan stafnya atas empat tahun yang fantastis – tahun-tahun pertumbuhan dan emosi yang kuat,” ungkapnya.
Harapan Baru di Bawah Asuhan Cristian Chivu
Pelatih Inter Milan Cristian Chivu memberikan instruksi ke para pemain saat melawan CF Monterrey di Piala Dunia Antarklub 2025. (c) AP Photo/Gregory Bull
Kursi kepelatihan Inter Milan kini diisi oleh mantan pemain legendaris mereka, Cristian Chivu. Barella mengaku sudah mengenal sang pelatih baru karena sebelumnya Chivu menangani tim Primavera.
Ia pun tidak ragu untuk melontarkan pujian kepada pelatih barunya itu. Menurutnya, Chivu memiliki satu kualitas istimewa yang tidak dimiliki oleh semua pelatih.
Barella merasa Chivu datang di momen yang tepat untuk memberikan dorongan semangat bagi tim. Ia sangat optimistis bisa meraih sesuatu yang spesial bersama-sama.
“Saya sudah mengenalnya, kami berbicara beberapa kali setelah pertandingan latihan di Appiano ketika dia menangani tim Primavera,” kata Barella.
“Saya memperhatikan empati besarnya terhadap para pemain – dia mengerti apa yang mereka butuhkan. Tidak setiap pelatih memiliki itu dan itu adalah kualitas yang penting,” pujinya.
“Ini adalah masa yang sulit bagi kami dan dia memberi kami dorongan yang sangat besar. Dia lugas dan bersemangat untuk berbuat baik – ada peluang untuk mencapai sesuatu yang istimewa bersama-sama,” tutupnya.
No Responses