DELTASLOT88 – Kisah Cinta Andrea Pirlo Bersama AC Milan: Prestasi Gemilang dan Luka yang Tersisa

Kisah Cinta Andrea Pirlo Bersama AC Milan: Prestasi Gemilang dan Luka yang Tersisa

Andrea Pirlo. (c) AP Photo

Bola.net – Andrea Pirlo, maestro lini tengah yang dikenal dengan visi bermainnya yang brilian, mengenang dekade emasnya berseragam AC Milan dengan perasaan campur aduk. Kebahagiaan meraih berbagai trofi bergengsi terukir jelas dalam benaknya. Namun, terselip pula penyesalan mendalam, terutama terkait keputusannya meninggalkan San Siro.

Baru-baru ini, Pirlo kembali menginjakkan kaki di lapangan hijau dalam laga amal Milan Legends melawan Tottenham Hotspur di London. Gol tendangan bebasnya yang memukau seolah membawa kembali memori indah saat ia menjadi ruh permainan Rossoneri dari tahun 2001 hingga 2011.

Masa baktinya yang panjang dan penuh prestasi di Milan meninggalkan kesan mendalam bagi Pirlo dan para fans Rossoneri. Ia menjelma menjadi ikon klub, mengatur tempo permainan dan menciptakan peluang demi peluang.

Namun, perpisahan yang terjadi menyisakan luka, sebuah babak yang menurutnya bisa saja berlanjut lebih lama jika bukan karena keputusan klub. Simak kisah lengkapnya berikut ini.


1 dari 3 halaman

Peran Ikonik dan Gelar Juara di San Siro

Selama berseragam AC Milan, Andrea Pirlo berhasil mengukir namanya dalam sejarah klub. Ia mengembangkan peran unik di lini tengah, memanfaatkan visi bermain dan kemampuan distribusinya yang luar biasa. Gaya bermainnya yang khas menjadi ciri pembeda dan memberikan dimensi baru dalam taktik tim.

Pirlo menjadi bagian integral dari skuad Milan yang mendominasi Eropa di pertengahan tahun 2000-an. Ia turut andil dalam meraih dua gelar Liga Champions yang ikonik. Trofi pertama di Manchester memiliki makna tersendiri baginya, menandai awal era keemasan tim dan menjadi gelar Liga Champions pertama bagi banyak pemain.

“Saya mencoba menjadikan peran itu milik saya, dengan karakteristik khusus saya, dan itu mencerminkan cara saya melihat sepak bola,” ungkap Pirlo kepada Milan TV.

“Yang pertama di Manchester adalah yang paling spesial, karena itu adalah awal dari era keemasan dan bagi banyak dari kami itu adalah trofi Liga Champions pertama kami,” imbuhnya.

Pertandingan Selanjutnya

Liga Italia Liga Italia
|
21 April 2025

AC Milan
AC Milan

01:45 WIB

Atalanta
Atalanta


Liga Italia Liga Italia
|
13 April 2025

Juventus
Juventus

01:45 WIB

Lecce
Lecce

2 dari 3 halaman

Kenangan Pahit di Istanbul dan Pembalasan di Athena

Di balik gemerlap gelar juara, terselip pula kenangan pahit yang tak terlupakan bagi Andrea Pirlo dan Milanisti. Final Liga Champions 2005 di Istanbul menjadi mimpi buruk ketika keunggulan 3-0 sirna dalam enam menit, berujung kekalahan menyakitkan melalui adu penalti melawan Liverpool. Momen tersebut menjadi luka mendalam bagi Pirlo dan tim.

Namun, takdir memberikan kesempatan bagi Milan untuk membalas dendam. Dua tahun berselang, di Athena, mereka kembali bertemu Liverpool di final Liga Champions. Kali ini, dengan mental yang lebih kuat dan determinasi tinggi, Milan berhasil meraih kemenangan dan menebus kekalahan di Istanbul.

“Ada juga penyesalan, karena kami bisa saja memenangkan lebih banyak trofi, terutama kalah di Final Liga Champions itu. Jika kita melihat apa yang kami menangkan, penyesalannya adalah kami bisa melakukan lebih banyak,” kata Pirlo.

“Seseorang mengawasi kami dari atas sana dan memberi kami kesempatan ini. Saya benar-benar berpikir Final 2005 adalah salah satu penampilan terbaik kami sebagai tim, itu adalah pertandingan yang hebat, dan kalah seperti itu…,” lanjutnya.

3 dari 3 halaman

Keinginan Bertahan dan Kekecewaan Mendalam Atas Kepergian

Andrea Pirlo adalah salah satu pemain favorit di San Siro selama satu dekade membela AC Milan. Namun, ia dilepas dengan status bebas transfer setelah klub tidak menawarkan kontrak baru. Keputusan ini membuatnya kecewa, karena ia sebenarnya ingin terus berseragam Rossoneri.

“Saya tumbuh di sana, saya menjadi seorang pria, dan jujur saya akan dengan senang hati tinggal selama beberapa tahun lagi, tetapi itu tidak mungkin. Mungkin itu adalah tahun-tahun terbaik saya,” ujar Pirlo.

“Saya masih berteman dengan banyak orang yang saya temui di sana, kami bahkan pergi berlibur bersama. Itulah yang tertinggal dalam diri saya dari Milan, persahabatan,” tambahnya.

Pirlo tidak pernah menyembunyikan kekecewaannya atas kepergiannya dari Milan, yang menurutnya dipengaruhi oleh keputusan pelatih saat itu, Max Allegri, dan direktur Adriano Galliani. Ia merasa “didorong” keluar dari klub yang sangat dicintainya.

“Itu membuat saya kesal karena banyak orang masih tidak menyadari bahwa itu bukan pilihan saya. Saya ingin bertahan di Milan, tetapi tidak ada kondisi untuk itu, jadi kami harus mengambil jalan yang berbeda,” tegas Pirlo.

“Ketika saya mengucapkan selamat tinggal kepada rekan tim saya dan memberi tahu mereka bahwa saya meninggalkan Milan, itu adalah salah satu momen paling menyakitkan dan menyedihkan dalam hidup saya,” pungkasnya.

Selama membela AC Milan, Andrea Pirlo mencatatkan 401 penampilan kompetitif, mencetak 41 gol, dan memberikan 71 assist. Ia mempersembahkan berbagai gelar bergengsi, termasuk dua gelar Serie A, dua Liga Champions, satu Piala Interkontinental, dua Piala Super Eropa, satu Coppa Italia, dan satu Supercoppa Italiana.

No Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *