
Pelatih Juventus, Igor Tudor. (c) Fabio Ferrari/LaPresse via AP
Bola.net – Juventus menemukan kestabilan di bawah kendali Igor Tudor. Sejak ditunjuk menggantikan Thiago Motta pada penghujung musim 2024/2025, pelatih asal Kroasia memberi efek positif dengan sekali kalah dari sembilan laga Serie A.
Catatan tersebut cukup mengesankan dan membuat manajemen klub yakin untuk mempertahankan Tudor sebagai pelatih kepala di musim 2025/2026. Bahkan, Juventus dikabarkan telah menawarkan kontrak baru hingga tahun 2027 kepada sang allenatore.
Di balik hasil impresif itu, terdapat pendekatan taktis yang sangat berbeda dibandingkan era sebelumnya. Tudor pun bukan sosok asing di kancah sepak bola Italia. Sebelum membesut Juventus, ia pernah menukangi Hellas Verona dan Lazio.
Tudor hadir dengan filosofi dan struktur permainan yang jelas. Ia berhasil membawa Juventus keluar dari fase inkonsistensi dengan pendekatan baru yang lebih agresif, vertikal, dan efisien. Berikut ulasan lengkapnya:
Perubahan Formasi: Tiga Bek Jadi Kunci
Pelatih Juventus, Igor Tudor bereaksi saat melawan Genoa di Juventus Stadium. (c) Fabio Ferrari/LaPresse via AP
Salah satu perubahan paling kentara yang dibawa Igor Tudor adalah formasi dasar tim. Bila Thiago Motta cenderung mengandalkan empat bek, Tudor memilih kembali ke skema andalannya: formasi tiga bek sejajar.
Formasi 3-4-2-1 menjadi opsi utama. Federico Gatti, Renato Veiga, dan Pierre Kalulu dipercaya mengisi posisi bek tengah, sementara Lloyd Kelly masuk dalam rotasi untuk menambah kekuatan fisik serta fleksibilitas lini belakang.
Meski tidak mudah, mengingat skuad Juventus awalnya dibentuk untuk sistem empat bek, transisi ke skema Tudor berjalan relatif lancar berkat pendekatan komunikatif dan tegas sang pelatih.
Hasilnya cukup menjanjikan: Juventus hanya kebobolan tujuh gol dalam sembilan laga di bawah Tudor musim lalu, serta mencatat tiga kali nirbobol.
Dari Kuasai Bola ke Kuasai Ruang
Skuad Juventus merayakan gol Randal Kolo Muani ke gawang Venezia, Senin (26/05/2025) dini hari WIB. (c) Paola Garbuio/LaPresse via AP Photo
Perubahan mencolok lainnya ada pada filosofi permainan di lini tengah. Bila Motta cenderung menekankan penguasaan bola dan ritme lambat, Tudor justru mendorong para gelandang bermain lebih vertikal dan langsung.
Manuel Locatelli dan Khephren Thuram menjadi duet utama di lini tengah, sementara Douglas Luiz hadir sebagai alternatif eksplosif. Alih-alih mempertahankan bola terlalu lama, mereka diarahkan untuk segera mengalirkan bola ke depan guna mengeksploitasi ruang sebelum lawan sempat membentuk blok pertahanan.
Di sisi lain, peran bek sayap dalam sistem Tudor menjadi sangat krusial. Andrea Cambiaso dan Timothy Weah ditugaskan untuk menjaga lebar serangan serta aktif membantu pertahanan.
Keduanya kerap melakukan overlap, rutin mengirimkan umpan dari sisi lapangan, dan berperan penting dalam transisi cepat dari fase bertahan ke menyerang.
Kenan Yildiz dan Wajah Baru Lini Depan
Pemain Juventus Kenan Yildiz merayakan gol ke gawang Torino di Serie A pada Minggu (12/1/2025) di Stadion Olimpico Grande Torino. (c) Marco Alpozzi/LaPresse via AP
Salah satu pemain yang paling merasakan dampak positif dari perubahan sistem ini adalah Kenan Yildiz. Di era Motta, pemain asal Turki itu sering terlihat terisolasi dan pergerakannya dibatasi oleh struktur permainan.
Tudor mengubah pendekatan tersebut. Ia memberikan Yildiz kebebasan berekspresi, membiarkannya bergerak ke ruang-ruang berbahaya, menghubungkan lini tengah dan lini serang, bahkan masuk langsung ke area kotak penalti. Kini, Yildiz menjadi sosok sentral dalam skema ofensif Juventus.
Jika Motta lebih sering mengandalkan satu striker, Tudor justru memasang dua penyerang sekaligus: Dusan Vlahovic dan Randal Kolo Muani. Kombinasi ini terbukti ampuh. Vlahovic tampil lebih bebas berkat kehadiran partner yang mampu mengalihkan perhatian bek lawan.
Identitas Baru: Pressing Intensif dan Serangan Kilat
Pelatih Juventus, Igor Tudor. (c) Fabio Ferrari/LaPresse via AP
Yang paling mencolok dari era Tudor adalah pendekatan permainan secara keseluruhan. Juventus kini bukan tim yang menunggu atau bertahan pasif. Mereka aktif menekan sejak awal pertandingan, menerapkan pressing tinggi dengan sistem satu lawan satu untuk mengganggu ritme permainan lawan.
Tim bermain dengan intensitas tinggi dan memiliki tujuan yang jelas: merebut bola secepat mungkin dan langsung melancarkan serangan. Gaya bermain seperti ini membutuhkan kebugaran prima dan kekompakan tim, dua aspek yang mulai terbangun di skuad Bianconeri saat ini.
Rencana pemberian kontrak baru kepada Tudor hingga tahun 2027 menjadi sinyal kuat bahwa manajemen Juventus menaruh kepercayaan besar pada proyek jangka panjang ini.
No Responses