
Ekspresi Lautaro Martinez, penyerang Inter Milan (tengah), di akhir laga Serie A melawan Como di Stadion Sinigaglia, Como, Jumat, 23 Mei 2025 (c) AP Photo/Luca Bruno
Bola.net – Inter Milan mengarungi musim 2024/2025 dengan ekspektasi besar. Setelah menjuarai Supercoppa Italiana dan meraih Scudetto musim lalu, publik menatap musim ini dengan penuh optimisme. Mimpi meraih treble ala 2010 bahkan sempat kembali digaungkan.
Dengan skuad yang dalam dan pelatih yang sudah matang, Inter seolah punya semua syarat untuk mengulang sejarah. Nama-nama seperti Lautaro Martinez, Marcus Thuram, dan Nicolo Barella menjadi tumpuan harapan. Namun, seiring musim berjalan, kenyataan berbicara lain.
Trofi demi trofi yang dibidik justru menjauh satu per satu. Inter memang masih punya kans menutup musim dengan manis, tapi impian besar itu kini bergantung hanya pada satu ajang: Liga Champions.
Performa di Kompetisi Domestik
Musim ini, Inter gagal total di semua kompetisi domestik. Di Supercoppa Italiana, mereka memang mengalahkan Atalanta 2-0 untuk melaju ke final. Sayangnya, di partai puncak, mereka ditumbangkan AC Milan dengan skor tipis 2-3.
Cerita serupa terulang di Coppa Italia. Kali ini pun Milan jadi batu sandungan. Setelah bermain imbang 1-1 di leg pertama semifinal, Inter dipermalukan dengan kekalahan telak 0-3 pada leg kedua. Peluang meraih trofi kedua pun sirna.
Puncak kekecewaan terjadi di Serie A. Kemenangan 2-0 atas Como di pekan terakhir terasa hampa. Napoli juga menang atas Cagliari, membuat Inter hanya finis satu poin di belakang dan gagal mempertahankan Scudetto mereka.
Performa di Kompetisi Eropa
Berbeda dengan performa di dalam negeri, Inter justru tampil meyakinkan di Liga Champions. Dalam fase liga yang menggantikan format grup, Inter menang enam kali dari delapan laga. Mereka hanya kalah sekali, dari Bayer Leverkusen, dan cuma kebobolan satu gol.
Dengan performa solid itu, Inter lolos ke fase gugur sebagai peringkat empat. Di babak-babak berikutnya, mereka menyingkirkan Feyenoord, Bayern Munchen, dan Barcelona. Duel kontra Barca menjadi laga paling dramatis dengan agregat 7-6.
Kini, tinggal satu laga tersisa: final kontra PSG pada 31 Mei 2025. Itulah satu-satunya kesempatan tersisa bagi Inter untuk menghindari musim tanpa gelar dan mengukir kisah manis di panggung paling elite Eropa.
Pemain yang Bersinar dan Tenggelam
Marcus Thuram jadi bintang terang di lini depan Inter musim ini. Penyerang asal Prancis itu mencetak 14 gol dan empat assist dalam 32 laga Serie A. Ketajamannya membuatnya tampil lebih menonjol ketimbang rekan duetnya.
Di sisi lain, kapten Lautaro Martinez tak mampu mempertahankan performa terbaiknya. Musim ini, dia hanya mencetak 12 gol dan tiga assist dari 31 penampilan. Angka itu tak cukup untuk membawa Inter mempertahankan gelar di Serie A.
Penurunan performa Lautaro menjadi salah satu sebab kegagalan Inter. Jika sang kapten tampil seperti musim-musim sebelumnya, bukan tak mungkin cerita Nerazzurri di liga domestik bisa lebih indah.
Pelatih Inter Milan
Simone Inzaghi telah memimpin Inter dalam 58 pertandingan musim ini. Hasilnya, 37 kemenangan, 13 hasil imbang, dan delapan kekalahan. Total 114 gol dicetak anak asuhnya, tapi mereka juga kebobolan 53 kali.
Meski menunjukkan kualitas di Eropa, Inter racikan Inzaghi gagal menjaga konsistensi di pentas domestik. Kemenangan besar kerap diikuti oleh hasil mengecewakan. Ritme yang tak stabil membuat mereka kehilangan peluang demi peluang.
Catatan paling menyakitkan mungkin datang dari Derby della Madonnina. Dari lima pertemuan melawan AC Milan musim ini, Inter tak sekali pun menang. Mereka dua kali imbang dan tiga kali kalah—noda yang membekas di lembar rapor Inzaghi musim ini.
No Responses