
Skuad Juventus merayakan gol Randal Kolo Muani ke gawang Venezia, Senin (26/05/2025) dini hari WIB. (c) Paola Garbuio/LaPresse via AP Photo
Bola.net – Juventus memastikan satu tempat di empat besar Serie A lewat kemenangan dramatis atas Venezia. Laga yang berakhir dengan skor 3-2 itu tak hanya penting secara klasemen, tapi juga menggambarkan mentalitas baru yang mulai tumbuh dalam skuad muda Bianconeri. Di balik kemenangan itu, terselip pesan tegas dari kiper Michele Di Gregorio: Juventus tak boleh puas.
Pertandingan di kandang Venezia bukanlah urusan gampang. Juventus tertinggal cepat lewat gol Daniel Fila sebelum bangkit melalui gol Kenan Yildiz dan Randal Kolo Muani. Setelah sempat disamakan lewat Ridgeciano Haps, penalti Manuel Locatelli di menit akhir memastikan kemenangan dan sekaligus mengirim Venezia—klub Jay Idzes—ke Serie B.
Di Gregorio menjadi salah satu tokoh utama dalam kemenangan ini. Beberapa penyelamatan krusial, terutama di babak kedua, menjaga Juventus tetap unggul. Reaksi tim, kata Di Gregorio, menunjukkan karakter kuat yang selama ini diragukan publik.
Tim Muda, tapi Mentalitas Tangguh
Michele Di Gregorio tak menutupi bahwa laga melawan Venezia sangat menegangkan. “Kami tahu ini tidak akan mudah. Namun, kami memberikan reaksi luar biasa,” ujarnya kepada Sky Sport Italia. Sebagai tim yang masih dalam tahap pembangunan, Juventus dinilainya menunjukkan kedewasaan di saat-saat sulit.
Juventus memang sering jadi sorotan karena inkonsistensi sepanjang musim ini. Namun, kemenangan atas Venezia memberi bukti bahwa mereka bukan tim yang mudah menyerah. Menurut Di Gregorio, mentalitas seperti itu yang harus terus dijaga dalam setiap pertandingan.
Bagi sang kiper, keberhasilan lolos ke Liga Champions adalah pencapaian penting. Namun, dia juga mengingatkan bahwa keberhasilan itu belum cukup. “Kami tim muda, tapi malam ini kami menunjukkan reaksi seperti tim besar,” tambahnya.
Lebih dari Sekadar Target Minimal
Mengenakan seragam Juventus berarti menerima beban ekspektasi besar. Bagi Di Gregorio, posisi empat besar bukanlah garis akhir. “Kami tahu finis keempat saja tidak cukup. Kami adalah Juventus,” ucapnya lugas, menggambarkan standar tinggi yang melekat pada klub ini.
Mental juara harus terus hidup di dalam ruang ganti, siapa pun lawannya dan dalam situasi apa pun. Ucapan Di Gregorio menjadi sinyal bahwa Juventus ingin lebih dari sekadar ‘aman’ di klasemen. Mereka ingin menantang, bahkan mendominasi.
Perjalanan musim ini memang belum sepenuhnya mulus. Dari pergantian pelatih Thiago Motta ke Igor Tudor, Juventus masih beradaptasi. Namun kemenangan ini—yang juga kemenangan tandang pertama Tudor—menjadi indikator bahwa pondasi baru mulai terbentuk.
Di Gregorio dan Tantangan Musim Pertamanya
Musim ini adalah awal dari perjalanan Di Gregorio bersama Juventus. Didatangkan sebagai pengganti Wojciech Szczesny, dia tak pernah meremehkan kualitas pendahulunya. “Kami semua tahu siapa dia dan kualitas yang dia miliki,” katanya, menaruh respek.
Adaptasi bukan hal mudah, apalagi di klub sekelas Juventus. Namund Di Gregorio merasa tumbuh dalam proses itu. “Saya bersyukur bisa menjalani musim ini. Tidak selalu mudah, tapi sangat berarti,” ujarnya.
Perjalanan Juventus belum berhenti. Juni nanti, mereka akan berlaga di Piala Dunia Antarklub. Di sanalah ujian sesungguhnya akan datang, saat ambisi, kesiapan, dan karakter tim muda ini benar-benar dipertaruhkan di panggung global.
No Responses